Anak merupakan generasi penerus bangsa yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat alami. Dari generasi ke generasi masyarakat suatu bangsa akan mengalami pertumbuhan yang berbeda dimana kualitas masyarakatnya akan ditentukan oleh pengalaman dan pembelajaran yang diperoleh dan dimilikinya baik secara formal maupun non formal.
Masyarakat yang memperoleh pengalaman dan pembelajaran yang berkualitas tentu saja akan menjadikan generasi yang berkualitas pula, begitu juga sebaliknya. Salah satu indikator yang menentukan kualitas suatu generasi masyarakat ditentukan oleh pendidikan yang diperoleh baik itu melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Dalam pendidikan formal maupun non formal tersebut diharapkan mampu menciptakan generasi-generasi penerus yang tidak cuma rajin, pintar dan cerdas. Namun daya kreatif merupakan suatu hal yang tidak boleh dilupakan untuk menuju pada pembaharuan-pembaharuan yang lebih baik. Tengok saja penemu-penemu dunia. Mereka adalah contoh-contoh orang yang kreatif. Orang yang mampu berpikir menjadikan suatu hal yang belum ada atau dirasa tidak mungkin menjadi ada dan mungkin.
Pada dasarnya kreatifitas adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dan kemampuan menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru dengan kegiatan kreatif. Ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif (aptitude) dan ciri non-kognitif (nonaptitude).Adapun ciri-ciri kognitif anak kreatif adalah:Berpikir kreatif, yaitu lancar dalam pemikiran terhadap suatu masalah dan banyak ide. Dengan apa saja dan cara apa saja ia dapat membuat sesuatu.Fleksibilitas atau kelenturan dalam berpikir. Dalam arti, dapat melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, tidak kaku.Orisinalitas dalam berpikir. Terlihat dari kelangkaan jawabannya alias bukan jawaban yang umum.Berpikir elaborasi, yaitu dapat memperkaya dan memperinci suatu gagasan
Sedangkan ciri non-kognitif dari kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif. Kreativitas baik itu yang meliputi ciri kognitif maupun ciri non kognitif merupakan salah satu potensi yang penting untuk dipupuk dan dikembangkan. Pentingnya pengembangan kreativitas ini memiliki empat alasan, yaitu:Dengan berkreasi, orang dapat mewujudkan dirinya, perwujudan diri tersebut termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Menurut Maslow (Munandar, 1999) kreativitas juga merupakan manifestasi dari seseorang yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya.Kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Siswa lebih dituntut untuk berpikir linier, logis, penalaran, ingatan atau pengetahuan yang menuntut jawaban paling tepat terhadap permasalahan yang diberikan. Kreativitas yang menuntut sikap kreatif dari individu itu sendiri perlu dipupuk untuk melatih anak berpikir luwes (flexibility), lancer (fluency), asli (originality), menguraikan (elaboration) dan dirumuskan kembali (redefinition) yang merupakan ciri berpikir kreatif yang dikemukakan oleh Guilford (Supriadi, 2001).Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Setiap anak punya bakat kreatif, tapi tidak setiap anak akan terus kreatif. Karena kreativitas bisa hilang jika tidak dipupuk, dilatih, dikembangkan atau dirangsang. Oleh sebab itu, orang tua harus sudah merangsang kreativitas anak sejak dini. Dengan demikian, akan memberikan dasar yang kuat pada anak bagi kehidupan selanjutnya, sehingga dalam dirinya sudah ada sikap dan pribadi kreatif.
Untuk mengembangkan kreativitas, orang tua harus mengetahui minat atau bakat masing-masing anak dan menghargainya, mengerti akan kelebihan dan keterbatasan setiap anak. Kemudian doronglah dan berikan motivasi sehingga anak mau berkreasi dengan sendirinya. Caranya dengan memberikan sarana, fasilitas dan model pendidikan tambahan yang penting dalam rumah. Misalnya, memberikan mainan yang bisa mengembangkan kreativitas anak seperti lego atau balok-balokan, memberikan tambahan skill atau ketrampilan, menciptakan suasana yang nyaman dan aman buat anak, sehingga ia merasa bebas untuk mengekspresikan dirinya. Hargai setiap kreasi anak agar makin termotivasi untuk terus berkreasi. Berkreasilah anakku, majulah bangsaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar